Ada 2 alasan kenapa Prabowo repot-repot undang para tetua Ormas Islam ke Hambalang
Table of Contents
POSAKTUAL.COM - 🟢Ada dua alasan kenapa Prabowo repot-repot undang para tetua ormas Islam ke Hambalang.
Alasan pertama, jelas: biar demo nggak kelewat brutal. Para tokoh agama diposisikan sebagai Adem Sari untuk meredakan panas masyarakat.
Jadi mungkin maunya Prabowo itu rakyat yang sudah ngamuk karena pajak dan tunjangan pejabat, cukup dikasih siraman rohani, langsung adem. Alih-alih meredakan keresahan, justru kesannya suara kritis rakyat malah digembosi para elit ormas.
Padahal ini bukan konflik sektarian atau pertikaian horizontal antarwarga. Rakyat ngamuk ya karena kebijakan ngawur, bukan karena beda agama atau ideologi. Jadi kalau mengandalkan wejangan, itu nggak make sense sih menurutku.
Yang ada, justru kelihatan salah alamat. Rakyat maunya keadilan, tapi yang diundang malah penyuluh moral. Mungkin berharap massa yang ngamuk itu mendadak tobat massal. Sayangnya, ini bukan sinetron, Pak. Kalau tuntutan rakyat nggak dituntaskan, ya massa tetap turun.
Panggil seribu ustaz pun, kalau tunjangan pejabat dan pajak rakyat masih begini-gini aja, rakyat tetap marah. Sejarah Islam menunjukkan legitimasi agama saja tidak cukup. Keadilan adalah fondasi dan kalau fondasi ini roboh, rakyat akan melawan, meskipun lawannya penguasa yang mengaku membawa panji-panji agama.
Alasan kedua, mungkin Prabowo bener-bener pengen dapat masukan. Ingin tahu harus bagaimana menghadapi situasi panas ini. Tapi lagi-lagi, salah alamat.
Masalah yang bikin rakyat meledak bukan berangkat dari kantor ormas. Ini muncul dari keresahan sehari-hari masyarakat dan gerakannya sangat organik. Gaji kecil, pajak besar, harga naik, dan pejabat malah pamer tunjangan sambil joget-joget.
Kalau yang dipanggil hanya elit-elit ormas, jadinya, acara di Hambalang itu kelihatan kayak pertemuan elit dengan elit. Senyumnya adem, bahasanya halus, kameranya bagus, tapi rakyat tetap kehausan keadilan.
Kalau dipikir, ini sama aja kayak rumah kamu bocor pas hujan deras, tapi tuan rumah malah sibuk panggil ustaz buat doa tolak bala. Doanya penting, iya, tapi yang lebih mendesak: tambal atapnya dulu, Pak!
Menurut saya, yang harusnya diundang bukan para tetua ormas. Saya kasihan sama bapak-bapak itu. Masalah di negeri ini bukan mereka yang bikin, tapi dikasih tanggungjawab buat menyelesaikan.
Jadi yang lebih logis adalah undang perwakilan demonstran dan politisi yang memang jadi biang masalah. Livekan di TikToknya Prabowo, biarkan mereka duduk bareng, saling tembak argumen, dan jangan dikasih pulang sebelum ada hasil.
Kalau perlu, pintunya dikunci, AC dimatikan, wifi diputus, biar mereka serius cari solusi. Mau marah-marah? Silakan. Mau debat teriak-teriak? Boleh. Yang penting, tuntutan rakyat dipenuhi. Itu jauh lebih realistis ketimbang berharap ceramah bisa bikin massa pulang dengan hati damai.
Karena jujur saja, rakyat sudah kenyang sama drama “siraman rohani” ala pemerintah tiap ada krisis. Rasanya kayak kamu punya bapak doyan judol, ibu kejebak pinjol, tapi bukannya dikasih solusi keuangan, malah disuruh dengerin motivasi dari Timothy Ronald.
(✍️Ilham Ibrahim)