POSAKTUAL.COM - Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat tewas dalam baku tembak dengan sesama polisi, Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Fredy Sambo, Jumat (8/7) pekan lalu.
Keluarga Brigadir Yoshua (Brigadir J) mengaku mendapat kabar duka itu pada Jumat tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB.
Saat itu keluarga yang berada di Jambi juga langsung bergegas menunggu di kediaman rumah orang tua Brigadir J di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Salah satu anggota keluarga Brigadir Yoshua, Rohani Simajuntak mengungkapkan, usai mendapat kabar itu, pihak keluarga di Jambi langsung sibuk untuk beres-beres menyambut kedatangan jenazah Brigadir Yoshua. Saat itu, orang tua Brigadir Yoshua sedang berada di Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
"Saya langsung kaget terus langsung menuju rumah duka siap-siap beres-beres rumah kakak saya karena waktu itu dia lagi di Sumatera Utara di Sidimpuan," kata Rohani Simajuntak, Rabu (13/7/2022).
Sabtu (9/7) pagi, jenazah Brigadir Yoshua (sebelumnya ditulis Yosua) dijemput di Cargo Bandara Sultan Taha Jambi.
Saat itu, ada beberapa orang polisi dari Jakarta yang diutus untuk mengantarkan jenazah.
Jenazah Brigadir Yoshua saat itu sudah terbungkus rapih di dalam peti.
Brigadir J disebut meninggal dunia karena baku tembak dengan sesama polisi di rumah Kadiv Propam. Keluarga sontak histeris karena Yoshua diketahui kerja baik-baik di Jakarta.
"Kami histerislah tadinya dia kerja bagus-bagus kok bisa tertembak," ungkap Rohani.
Sabtu malam, orang tua Brigadir Yoshua tiba di Jambi. Mereka kemudian meminta peti jenazah itu buka agar pihak keluarga bisa melihat Brigadir Yoshua untuk terakhir kali.
Namun, permintaan keluarga itu sempat ditolak. Pihak keluarga sempat dilarang untuk membuka peti jenazah Brigadir Yoshua dengan alasan sudah menjalani proses autopsi.
"Ayahnya waktu itu minta kalau peti itu dibuka, karena kan pengen lihat anaknya kan, awalnya tidak boleh dibuka karena sudah proses autopsi," terangnya.
Orang tua Brigadir Yoshua tetap ingin membuka peti itu. Mereka tak mau tanda tangan penyerahan jenazah jika peti tak dibuka.
"Lalu setelah runding-runding barulah dibuka petinya dan dilihat cuman sebatas dua kancing pakaian saja waktu itu dibuka sambil menunjukan kalau di tubuhnya sudah dilakukan aoutopsi," ucap Rohani.
Pada saat itu, polisi utusan dari Jakarta lantas memjelaskan tentang luka-luka yang ada di tubuh Brigadir Yoshua.
Mereka juga menjelaskan kronologi insiden baku tembak antara dua polisi itu.
Pada hari Minggu (10/7) keluarga kembali penasaran dengan kondisi tubuh Brigadir Yoshua yang disebut tewas akibat baku tembak dengan dugaan yang dibeberkan.
"Pada hari Minggu kami buka lagi peti itu. Di situ kami lihatlah ada kejanggalan mulai dari bentuk sayatan di muka, lalu ada luka lebam di perut, lalu kami buka kaos kaki nya ada juga luka di bagian kaki itu. Cuman di bagian pinggang yang celananya tidak kami buka, cuman bagian atas sampai pinggang serta kaos kakinya aja, dan di situ kami lihat ada kejanggalan," ucap Rohani. [detik]