POSAKTUAL.COM - JPMorgan Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia cerah tahun ini walaupun dihadapkan dengan ancaman resesi global. Potensi resesi sangat minim terjadi di Indonesia, bahkan katanya tidak akan terjadi resesi untuk ekonomi tanah air.
Head of Indonesia Research & Strategy J. P. Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan ancaman resesi minim sekali terjadi di Indonesia karena konsumsi domestik diprediksi masih kuat. Bahkan dibandingkan negara tetangga, laju ekonomi Indonesia masih akan positif sepanjang 2023.
"Di semester I-2023, kita masih melihat konsumsi domestik masih sangat kuat, meskipun masih banyak risiko, ada risiko resesi di Amerika Serikat (AS), resesi global di Eropa, tetapi kalau ditanya Indonesia ada kemungkinan resesi? Sangat kecil sangat minimal. Kita optimis jawaban mungkin nggak," ujarnya dalam media roundtable di kantor JP Morgan Indonesia, di The Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023).
Meskipun perlambatan ekonomi disebut tidak dapat dihindari. Tetapi laju perekonomian Indonesia dikatakan masih lebih baik dari negara lainnya bahkan negara tetangga.
"Kalau perlambatan pertumbuhan tentunya masih ada tetapi dibandingkan negara-negara lain dibandingkan negara tetangga pastinya kita lebih baik. Karena PDB kita itu Us$ 1,2 triliun. Saya nggak bisa pakai kata-kata US$ 1,2 triliun biasanya US$ 1,1 triliun atau US$ 1 triliun tetapi kalau data terakhir sudah menginjak US$ 1,2 triliun," ujarnya.
Konsumsi domestik Indonesia juga disebut menjadi modal utama investor asing datang ke tanah air. Karena menurutnya, investor saat ini untuk melakukan investasi akan melihat bagaimana pertumbuhan konsumsi domestik suatu negara.
"Indonesia kalau kita tahu tahun 2022 salah satu one of the best performing market bukan cuma di Asia Pasifik di satu dunia, kenapa? Jawabnya satu commodity super cycle, kedua current account supplies, 10 tahun terakhir defisit terus, 1 setengah tahun ini ada banyak berita baik di 2022. Banyak investor nyari konsumsi domestik yang sangat kuat, salah satunya adalah Indonesia," tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia, Gioshia Ralie, mengatakan seiring dengan ekonomi Indonesia masih diprediksi positif, rupiah disebut akan menguat. Prediksinya naik 3% tahun ini terhadap dolar AS.
Alasannya, karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal dan juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.
"Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS," tutupnya.[detik]